I.PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persaingan
adalah suatu tipe hubungan antara jenis yang terjadi pada dua atau lebih
individu organisme hewan maupun tumbuhan . Persaingan yang dilakukan oleh hewan
sangat berlainan bila dibandingkan dengan tumbuhan. Pada dasarnya persaingan
dilakukan oleh tumbuhan tidak dilakuan secara fisik, lain halnya seperti yang
dilakukan oleh hewan atau manusia.
Di
alam persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan
dapat terjadi antara individu-individu dari satu jenis yang sama (
intraspesifik ) atau individu-individu dari jenis yang berbeda ( interspesifik
). Persaingan ini terjadi dikarenakan individu-individu termasuk mempunyai
kebutuhan yang sama factor-faktor tertentu yang tidak tersedia dalam jumlah
yang cukup dalam lingkunganny, seperti : mskanan, tempat hidup, cahaya, O2,
air, dan lain-lain. Akibat dari persaingan ini kedua belah pihak akan saling
mempengaruhi laju pertumbuhannya dan akan menurunkan produksi yang
dihasilkannya.(Budiastuti, 2009)
Para
petani kadang kala tidak menyadari kerugian itu seolah-olah hanya disebabkan
oleh hama dan penyakit saja, mereka tidak melihat sejauh mana kerugian yang
disebabkan oleh persaingan. Memang akibat yang disebabkan oleh hama dan
penyakit terlihat jelas seperti mati atau terganggunya organ-organ tanaman
akibat yang disebabkan oleh persaingan.
Apabila
dlihat lebih jauh lagi persaingan dapat ditimbulkan beberapa factor. Factor
yang mempengaruhi tingkat persaingan dapat terjadi pada persaingan antara jenis
dan pesaingan sesame jenis. Beberapa factor penting yang mempengaruhi
persaingan factor-faktor tersebut antara lain(Ewisie, 1973) :
a. Perubahan
jenis
Suatu jenis
tumbuhan akan mempunyai kemampuan sebagai bersaing yang berbeda antara jenis
yang satu dengan jenis yang lai. Hal ini akan ditentukan sifst biologis dan
jenis tumbuhan tersebut seperti: Sistem perakaran, bentuk pertmbuhan
sifat-sifat fisisologi tumbuhan dan lain-lain.
b. Kepadatan
tumbuhan
Jarak
tanaman yang terlalu rapat pada suatu lahan dan kurangnya hara yang tersedia
akan menyebabkan tingginya tingkat persaingan..
c. Penyebaran
Berbagai jenis
tumbuhan mempunyai beberapa macam penyebaran, hal ini dilakukan untuk
mempertahankan hidup dan keturunannya. Cara penyebaran yang menggunakan biji (
disseminule form ) dan ada pula yang digunakan radikoid menjadi 4 bentuk.
d. Waktu
Waktu
yang dimaksud disini adalah
beberapa lama individu suatu jenis tumbuhan tumbuh bersama, baik tumbuhan yang
sejenis atau tumbuhan yang lain.
B. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh persaingan antara dua jenis
tanaman(jagung dan kacang)
2.Membandingkan pertumbuhan tanaman yang ditanam secara
monospecies denga heterospecies.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semua jenis tanaman yang hidup
mempunyai kebutuhan yang hampir sama, mereka memerlukan sinar matahri, air,
udara, unsure hara untuk pertumbuhannya dan juga memerlukan ruangan sebagai
tempat hidupnya. Dengan adanya kesamaan keperluan tersebut, maka dalam keadaan
tertentu terjadi suatu persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan
ruangan.
Di
alam persaingan dapat terjadi antara individu-individu dalam satu jenis
(intraspesifik) ataupun dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan
tersebut terjadi karena individu-individu mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap faktor-faktor yang tersedia dalam jumlah yang terbatas di dalam
lingkungan seperti tempat hidup, cahaya, air dan sebagainya. Persaingan yang
dialkukan oleh hewan sangat berbeda dengan persaingan pada tumbuhan. Pada
dasarnya persaingan pada tumbuhan tidak dilakukan secara fisik tetapi akibat
dari persaingan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas keduanya.(Naughton, 1998)
Kompetisi terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan
tertentu dan akan semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur.
Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang melakukan
kompetisi. Daun dan akar merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi.
Akar yang memiliki luas permukaan lebar, daun yang banyak, lebar, dan tersebar
di seluruh tubuh tanaman akan meningkatkan kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman
pun tinggi (Naughton. 1998).
Kompetisi terjadi apabila tanaman
mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan akan semakin keras dengan pertambahan
ukuran tanaman dengan umur. Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan
suatu organ yang melakukan kompetisi. Daun dan akar merupakan bagian yang
berperan aktif dalam kompetisi. Akar yang memiliki luas permukaan lebar, daun
yang banyak, lebar, dan tersebar di seluruh tubuh tanaman akan meningkatkan
kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman pun tinggi (Odum, 1993).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu
populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah
kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua
organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies
merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang
mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi
dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya
pemisahan secara ekologi , species yang berdekatan atau yang serupa dan hal
tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion
principles ) (Ewusie,1990).
Kompetisi menujukkan suatu tipe
interaksi di mana dua individu atau lebih bersaing untuk mendapatkan makanan
yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan lain-lain. Kompetisi inter spesifik
bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe
organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua
spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi secara langsung untuk memperebutkan
hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam memanfaatkan
sesuatu yang diperebutkan tadi maka individu itu akan bertahan hidup, sedang
yang tidak dapat memanfaatkan secara efisien yang diperebutkan tadi akan punah
(Clapham, 1973).
Interaksi adalah hubungan antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya. Ada dua macam
interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesifik dan interspesifik.
Interaksi interspesifik adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang
berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi intra spesifik adalah hubungan
antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda.
Kompetisi terjadi sejak awal
pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin
meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara
bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis
(Soejono, 2009).
Pemahaman tentang periode kritis
penting dalam membentuk strategi usaha untuk meminimalkan gangguan gulma selama
tanaman tumbuh. Kemiringan lahan, iklim, genetik tanaman, dan budidaya seperti
pengolahan lahan, kesuburan tanah, persemaian, dan jarak tanam merupakan
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi periode kritis penanganan gulma yang
dipicu oleh jenis gulma, kepadatan gulma, periode gulma merugikan tanaman dan
pertumbuhan gulma (Evans et al., 2004).
Kebutuhan tanaman mengenai unsur
hara dan air berbeda maka, tingkat kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman
yang dikombinasi. Perbedaan intensitas kebutuhan zat, perbedaan sistem
perakaran (dangkal-dalam) digunakan sebagai dasar diterapkannya sistem tumpang
sari. Untuk mendapatkan sistem yang tepat, faktor yang harus diperhatikan
yaitu: kombinasi tanaman, penelitian yang telah dilakukan mengenai kombinasi
kacang tanah – jagung berproduksi lebih tinggi dari pada kacang tanah – padi
(Michael. 1994).
Pada sistem pertanian monokultur,
jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan kompetisi akan air dan hara.
Bila jarak tanamnya diperlebar, maka besarnya tingkat kompetisi akan berkurang.
Dalam prakteknya di lapangan, petani mengelola tanamannya dengan melakukan
pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang serta
ranting, dan lain sebagainya (Hariah et al., 2006).
Seleksi tanaman di lingkungan
optimal memang memiliki banyak keuntungan, yaitu ditandai oleh heretabilitas
tinggi dan kemajuan seleksi yang lebih besar karena ekspresi potensi genetik
tanaman dapat mencapai maksimal dan terjadi akumulasi gen. Dengan terbatasnya
lahan subur, maka budidaya tanaman mengarah pada lingkungan suboptimal.
Interaksi
interspesifik adalah interaksi antara kedua jenis tumbuhan yang berbeda
sedangkan inteaksi intraspesifik adalah inteaksi antar jenis yang sama di dalam
satu tempat (Soejono, 2009).
Secara garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (1) netralisme
yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan saling
merugikan satu sama lain, (2) mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis
makhluk hidup yang saling menguntungkan, (3) parasitisme yaitu hubungan yang
hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya
dirugikan, (4) predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk
hidup terhadap makhluk hidup lain, (5) kooperasi yaitu hubungan antara dua
makhluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, (6) komensalisme
yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang
yang lain dirugikan, (7) antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling
bermusuhan (Elfidasari, 2007).
Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air berbeda maka, tingkat
kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman yang dikombinasi. Perbedaan
intensitas kebutuhan zat, perbedaan sistem perakaran (dangkal-dalam) digunakan
sebagai dasar diterapkannya sistem tumpang sari. Untuk mendapatkan sistem yang
tepat, faktor yang harus diperhatikan yaitu: kombinasi tanaman, penelitian yang
telah dilakukan mengenai kombinasi kacang tanah – jagung berproduksi lebih
tinggi dari pada kacang tanah – padi (Budiastuti, 2009).
Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat
akan mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar,
maka besarnya tingkat kompetisi akan berkurang. Dalam prakteknya di lapangan,
petani mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan
jarak tanam, pemangkasan cabang serta ranting, dan lain sebagainya (Ewisie, 1973).
Seleksi tanaman di lingkungan optimal memang memiliki banyak
keuntungan, yaitu ditandai oleh heretabilitas tinggi dan kemajuan seleksi yang
lebih besar karena ekspresi potensi genetik tanaman dapat mencapai maksimal dan
terjadi akumulasi gen. Dengan terbatasnya lahan subur, maka budidaya tanaman
mengarah pada lingkungan suboptimal.
III. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Selasaa April 2013,
dengan jangka waktu 4 minggu. Di laksanakan di lahan Percobaan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Interspesific
antara lain sebagai berikut ini:1.Pot/ember berisi tanah 2.Cawan
3.Kertas Milimeter 4. Embrat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum interspesipic antara lain
yaitu
: 1. Biji jagung. 2. Biji kacang hijau
C. Cara Kerja
Adapun
cara kerja dalam praktikum persaingan interspesific ini yaitu:
1.
Beberapa pot plastic yang berisi tanaman disediakan secukupnya
2.
Biji jagung atau kacang hijau yang masih baik dipilih, kemudian direndam dalam
air selama satu jam.
3.
Biji – biji tersebut ditanam kedalam pot plastic yang berbeda dan diatur
sedemikian rupa sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan
sebagai berikut:
Pot
nomor 1 ditanam dengan 1 biji jagung atau biji kacang hijau.
Pot nomor 2 ditanami dengan 2 biji jagung
atau biji kacang hijau.
Pot nomor 3 ditanami dengan biji jagung
atau biji kacang hijau.
Pot nomor 4 ditanami dengan 6 biji jagung
atau biji kacang hijau.
Pot nomor 5 ditanami dengan 8 biji jagung
atau biji kacang hijau.
Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga
ulangan.
4.
Sebagai cadangan sediakan beberapa pot yang ditanami jenis yang sama untuk
penyulaman apabila selama percobaan ada tanaman yang mati.
5.
Penyiraman dilakukan setiap hari.
6.
Pengamatan dilakukan setiap minggu dan diukur tinggi tanamannya dengan kertas
millimeter sampai tanaman berumur 4 minggu
7.
Tinggi tanaman yang berbeda jarak tanamnya, dibandingkan pada setiap jenis
tersebut.
8.
Dibuat grafik pertumbuhan untuk masing – masing pot. Besaran pada sumbu X
dinyatakan dalam waktu (minggu) dan pada sumbu Y dinyatakan dengan LPT (Laju
pertumbuhan tanamn).
9.
Untuk mengetahui pengaruh yang nyata dari tiap perlakuan, dilakukan uji
statistic.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel
hasil dari praktikum persaingan antara tanaman jenis ( Intraspesifik ) :
A. Pengulangan
1
Pengamatan
( minggu )
|
Perlakuan (tinggi tanaman cm)
|
||||
Kontrol
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
2
3
4
|
7,2
18
45
50
|
6,8
17
40
47
|
6,5
15
35
45
|
6
14
33
41
|
5,9
15
31
37
|
B. Pengulangan
2
Pengamatan ( minggu )
|
Perlakuan
|
||||
Kontrol
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
2
3
4
|
8
15,6
44
51
|
7
15
41
47
|
6,2
14
34
45,2
|
6,9
13
32
43
|
6
13
34
37
|
C.Pengulangan 3
Pengamatan ( minggu )
|
Perlakuan
|
||||
Kontrol
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
2
3
4
|
7
16
35
45
|
7
13
32
43
|
6,2
14,3
31
42,5
|
6,1
13,1
31
40
|
5,9
15,2
30
38,6
|
B. Pembahasan
Pada percobaan ini diamati pertumbuhan pada biji
kacang hijau dan biji jagung yang di tanam pada polybag dengan jumlah, jarak
dan kepadatan yang berbeda pada setiap
polybag. Semua polybag diberi perlakuan
yang sama dimulai dari jumlah intensitas cahaya dan suplai air setip harinya.
Perlakuan ini bertujuan untuk melihat perbandingan pertumbuhan suatu tanaman
dengan ruang lingkup yang sama. Pengamatan dilakukan selama kurang lebih 4
minggu dengan pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dalam 1 kali
dalam satu minggu.
Pengukuran ini dilakukan untuk melihat apakah trjadi
persaingan jenis atau tidak karena pada umumnya tumbuhan yang berasal dari biji
untuk awal kehidupannya mendapat suplai makanan dari kotiledonnya (cadangan
makanan). Dan setelah beberapa hari secara perlahan kotiledon akan gugur dan
dengan sendirinya suatu tumbuhan harus mendapatkan suplai makanannya sendiri
dan harus bersaing dengan yang lainnya untuk mempertahankan hidupnya.
Selain itu, penanaman biji dengan jumlah dan jarak
yang berbeda di setiap plotnya bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu
tumbuhan untuk tumbuh dan melihat perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot.
Pada umumnya kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan
merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan. Biji
yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi
yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara
tanah lebih besar tumbuhnya (Indriyanti, 2006)ss
Dari grafik
diatas dapat diamati perbedaan tinggi rata-rata untuk tanaman kacang hijau.
Umumnya rata-rata tinggi tanaman bertambah dan sejalan dengan bertambahnya usia
tanaman. Pertambahan tinggi tanaman ini dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia
di polybag. Dari grafik terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman kacang
dari berbagai formasi tanaman terlihat seimbang
Dari grafik rata-rata pertumbuhan tanaman jagung diatas dapat terlihat bahwa pada seiring bertambahnya usia tanaman maka tanaman mengalami pertambahan pertumbuhan. Umumnya semakin banyak tanaman dalam satu polybag maka tinggi tanaman akan semakin rendah karena terjadi persaingan memperebutkan sumberdaya yang terbatas di dalam polybag.
Dari grafik rata-rata pertumbuhan tanaman jagung diatas dapat terlihat bahwa pada seiring bertambahnya usia tanaman maka tanaman mengalami pertambahan pertumbuhan. Umumnya semakin banyak tanaman dalam satu polybag maka tinggi tanaman akan semakin rendah karena terjadi persaingan memperebutkan sumberdaya yang terbatas di dalam polybag.
Namun
pada percobaan kali ini pada pola persaingan dengan satu tanaman dalam satu
polybag tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini mungkin disebabkan pada kurang
baiknya bibit atau biji jagung yang ditanam sehingga biji tersebut tidak
mengalami pertunmbuhan. Sebaliknya pada pola kompetisi dengan delapan tanaman
dalam satu polybag (J8) mengalami prtumbuhan paling pesat. Hal ini mungkin saja
terjadi apabila suplai unsur hara di tempat tersebut mencukupi untuk
pertumbuhan tanaman di tempat tersebutselama masa pengamatan. Artinya tingkat
persaingan di tempat tersebut tidak terlalu besar. Namun bukan tidak mungkin
pada hari-hari berikutnya terjadi persaingan yang lebih besar.
Pada
pengamatan untuk pola persaingan dengan satu, dua tiga dan empat tanaman kacang
dan jagung dalam satu polybag dapat terlihat persaingan yang begitu kompleks.
Tinggi rata-rata tanaman kacang umumnya lebih tinggi dari tinggi rata-rata
tanaman jagung. Adapun rata-rata tanaman kacang yang tinggi rata-ratanya
nilainya kecil, diakibatkan terdapat tanaman yang mati pada tempat tersebut. Nilai
pertumbuhan tanaman umumnya meningkat, namun pada pola JK4 tanaman kacang
mengalami penurunan rata-rata tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan terdapat
taanaman yang mati di hari pengamatan ke 21. Artinya terjadi persaingan dalam
memperebutakn unsur hara.
Hasil
pengukuran massa tanaman kacang tanahdapat dilihat pada tabel di atas. Dari
tabel di atas dapat terlihat bahwa massa tanaman setelah dipanen tertinggi
diperoleh dari relung yang di tempati hanya satu tanaman (K1) dan massa tanaman
terendah pada pola kompetisi empat tanaman (K4). Hal ini dikarenakan pada
tanaman K1 tanaman ini tumbuh subur dan tinggi sehingga massa tanaman ini juga
lebih besar. Berbeda dengan tanaman di K4, massa tanaman ini setelah dipanen
paling rendah karena tanaman ini mati sebelum di panen sehingga tanaman ini
kehilangan massanya(tanaman menjadi kering). Untuk tanamadi K3 dan di K2 massa
tanaman normal yaitu massa tanaman K3 lebih besar dari tanaman K2. Hal ini
karena ketiga tanaman K3 tumbuh dengan tanaman baik begitu pula dengan tanaman
K2.
Untuk data perhitungan massa rata-rata untuk tanaman jagung disajikan dalam tabel di atas. Dari tabel di atas terlihat bahwa massa terbesar terdapat pada tempat dengan delapan tanaman jagung (J8) dan yang paling kecil pada tanaman dengan satu jagung. Pada tanaman dengan satu jagung bahkan tidak terjadi pertumbuhan sejak awal (J1). Pada tanaman J8 jumlah tanaman paling banyak tumbuh sehingga massanya juga paling besar.
Untuk data perhitungan massa rata-rata untuk tanaman jagung disajikan dalam tabel di atas. Dari tabel di atas terlihat bahwa massa terbesar terdapat pada tempat dengan delapan tanaman jagung (J8) dan yang paling kecil pada tanaman dengan satu jagung. Pada tanaman dengan satu jagung bahkan tidak terjadi pertumbuhan sejak awal (J1). Pada tanaman J8 jumlah tanaman paling banyak tumbuh sehingga massanya juga paling besar.
Secara
umum, pertumbuhan tanaman kacang hijau baik pada pola interaksi kompetisi
intraspesifik maupun pola kompetisi interspesifik pertumbuhannya lebih baik
dibandingkan dengan tanaman jagung.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum persaingan interspesifik yaitu:
1. Pertumbuhan tanaman
kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung
2. Semakin besar massa
tanaman maka tingkat persaingan semaki kecil
3. Persaingan intraspesifik dan persaingan interspesifik memberi
pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman jagung maupun tanaman kacang hijau.
4. Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya
akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumberdaya pun semakin
ketat.
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik
adalah luasnya lahan tanam, jenis tanaman, kepadatan tumbuhan, dan waktu
lamanya tanaman sejenis hidup.
B. Saran
Setelah melakukan praktikum persaingan interspesifik ini semoga praktikan bisa
mendapatkan dan memperdalam pengetahuan dan bisa lebih tahu lagi tentang
persaingan intraspesifik dan persaingan interspesifik dan dalam pelaksanaan
praktikum diharapakan kepada praktikan agar melaksanakan praktikum dengan baik
dan benar serta tanaman yang ditanam agar diberikan perhatian berupa pemberian
air dan menjaga lingkungan dan hama dan gulma.
DAFTAR PUSTAKA
Budiastuti. 2009. Foliar Triaconthanol Application and Plant Spacing
on Mungbean.
UI Press : Jakarta.
Clapham, W.B.. 1973. Natural Ecosystem. Mc.Millan Publishing, Inc,
New York.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . ITB : Bandung.
Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja karya CV : Bandung.
Naughton. 1998. Ekologi Umum, edisi kedua. UGM Press : Yogyakarta.
Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press: Yogyakarta.
Soejono, A.T. 2009. Ilmu Gulma. . Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.