LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
PERTANIAN
UMIYA
05121007010
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
20113
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun
1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi
beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal,
seperti peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah
hujan. Menjadi hal sangat krusial mengetahui besaran anomali curah hujan
yang akan terjadi pada masa datang di wilayah Indonesia dalam skala global
menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan
proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang
proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer. (Lakitan,2002)
Penelitian desk studi simulasi zonasi curah
hujan untuk periode 1950-1979 dan periode 2010-2039 beserta anomalinya terutama
untuk musim hujan (Maret sampai Oktober) dilaksanakan pada tahun 2002.
Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan (mm) pada periode
inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039), dengan menggunkan
model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi
3.0. Besaran curah hujan yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan
rataan bulanan pada kedua periode tersebut. Koordinat yang dipilih
berkisar antara 25° Lintang Utara dan Lintang Selatan serta berkisar 150° Bujur
Timur. Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur
minimal untuk ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm).
Untuk melihat perubahan frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai
2000 pada kondisi lapang, dilakukan analisis frekuensi untuk parameter curah
hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan.(. Subarjo,2001)
Data iklim
hasil pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi Tamanbogo, Lampung
Tengah (105°05’ BT ; 5°22’ LS ; 20 m dpl) dan Genteng, Jawa Timur (114°13’ BT ;
8°22’ LS ; 168 m dpl). Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi
peningkatan jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan
perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positip zona konveksi,
peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi
tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut
Arafura. Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah
hujan 100-150 mm/hari secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun
sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 1991-2000.
Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat dilakukan secara
serentak melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan.(Subarjo,2001)
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi
suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi
yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi
atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga
disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer
yang paling dikenal adalah Celsius,
Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.
Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti bahang
dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada
bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.(Guslim,2009)
Thermometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur. Termometer harus dipasang
secara mendatar di lapangan terbuka. Satuan meteorologi dari temperatur adalah
derajat celcius (oC), Reamur (oR) dan Fahrenheit (oF). Umumnya termometer diisi
air raksa atau alkohol. Macam – macam suhu yaitu suhu tinggi, suhu rendah dan
suhu sedang.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung
pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah
seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu
menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat.
Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan
gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut (Tjasyono,2004) karena Indonesia
berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih
besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan),
sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim
dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut
membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian
tempat.
Dalam konteks budidaya
tanaman dalam ruang lingkup pertanian baik berupa budidaya tanaman
pangan, perkebunan, ataupun budidaya tanaman holtikultura dsb. Maka kelembaban udara dipengaruhi dan memengaruhi
laju transpirasi tanaman. Kelembaban udara memiliki pengaruh pada proses
transpirasi tanaman, tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju
penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi
melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan
tanaman mengering.
Transpirasi adalah
proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata.
Disamping itu juga
kelembaban udara bersama dengan temperatur juga memiliki pengaruh pada proses
pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit. Hal ini terjadi karena, kondisi
kelembaban dan temperatur pada nilai tertentu merupakan nilai yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Oleh karena itu, dengan
mengetahui kelembaban dan juga temperatur pada suatu wilayah, maka kita dapat
menentukan langkah antisipatif untuk budidaya tanaman. Sebab, jika kita mengetahui kelembaban suatu tempat, maka kita dapat menentukan tanaman
apa yang tepat untuk dibudidayakan pada nilai kelembaban yang kita ketahui.
Angin dalam proses
pertanian sangat berpengaruh. Sebab angin dapat membantu penyerbukan bunga,
sebagai contoh pada tanaman padi. Angin
membantu petani mengairi sawah mereka. Sebab
angin membantu menggerakkan kincir angin yang dibuat petani untuk
mengambil air dari dalam sumur.
Bila kincir angin itu
bergerak maka air dari dalam sumur akan naik ke permukaan kemudian air
dialirkan ke sawah. Ada lagi manfaat angin yang sangat menakjubkan. Angin
membawa awan-awan yang mengadung air ke suatu tempat untuk diturunkan hujan di
tempat tersebut.
Angin memiliki hubungan yang erat
dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari
akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari
daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin
juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di
sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan
berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana
angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas
sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum agroklimatologi ini agar
praktikan dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat seperti
solarimeter,obrometer,higrometer dan termometer serta mengukur curah hujan ,
kecepatan angin,intensitas cahaya matahari,dan angin.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Curah
Hujan
Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun
tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi
kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan
curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004)
mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan
pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim,
dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi
menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam
pengklasifikasian iklim.(Guslim,2009)
Beberapa
sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan
temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di
muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi).
Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe
iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim
B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim
hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe
iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E
adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).
b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi
Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari
hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun
dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per
bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan
bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.
c. Sistem Klasifikasi
Schmidt-Ferguson
Sistem iklim
ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta
iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim
hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada
nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan
kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah
(X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan
jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf )
dengan banyaknya tahun pengamatan (n).
Schmidt-Fergoson
membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut
adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis
tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang)
jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya
hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim
kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Lakitan,2002).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan
kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara
berturut-turut.
(Handoko,1990)
mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan
sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa
peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan
air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan,
sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah
hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan
bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan
dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya
periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang
digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang
optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat
melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka
tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Untuk
daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar
matahari.
B.
Suhu dan Kelembaban
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit
dan Kelvin.
(Subarjo,2001) Perbandingan antara satu jenis termometer
dengan termometer lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan
K=C -
273.(derajat)
Karena dar Kelvin ke
derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan
derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya
dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut
ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius
terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk
mengubahnya ke suhu yang lain. Contoh: K=R 4/5X[300-273] daripada: C=R 4/5X27
Sebagai contoh:
dan .
Alat Ukur Suhu
Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah
sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya.
Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang
berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo
yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).
Termometer yang sering digunakan
(Subarjo,2001) Termometer yang biasanya digunakan untuk
mengukur suhu sebagai berikut:
1. Termometer bulb (air raksa atau
alkohol)
Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah
tempat menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk menekankan
perubahan volume atau tempat pemuaian cairan. Berdasar pada prinsip suatu cairan volumenya
berubah sesuai temperatur. Cairan yang diisikan kadang-kadang alkohol yang berwarna tetapi juga bisa cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya memuai bila dipanaskan dan menyusut bila
didinginkan
Ada nomor disepanjang tuba gelas yang menjadi tanda besaran
temperatur. Keutungan termometer bulb antara lain tidak memerlukan alat bantu,
relatif murah, tidak mudah terkontaminasi bahan kimia sehingga cocok untuk
laboratorium kimia, dan konduktivitas panas rendah.
Kelemahan termometer bulb antara lain mudah pecah, mudah
terkontaminasi cairan (alkohol atau merkuri), kontaminasi gelas/kaca, dan
prosedur pengukuran yang rumit (pencelupan). Penggunaan thermometer bulb harus
melindungi bulb dari benturan dan menghindari pengukuran yang melebihi skala
termometer.
·
Sumber
kesalahan termometer bulb:
- time
constant effect, waktu yang diperlukan konduksi panas dari luar ke tengah
batang kapiler
- thermal
capacity effect, apabila massa yang diukur relatif kecil, akan banyak panas
yang diserap oleh termometer dan mengurangi suhu sebenarnya
- cairan
(alkohol, merkuri) yang terputus
-
kesalahan pembacaan
-
kesalahan pencelupan
2. Termometer spring
Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat
dari logam yang sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer.
Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga pointer
bergerak naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut pointer
bergerak turun. Secara umum termometer ini paling rendah keakuratannya di
banding termometer bulb dan digital.
Penggunaan termometer spring harus selalu melindungi pipa
kapiler dan ujung sensor (probe) terhadap benturan/ gesekan. Selain itu,
pemakaiannya tidak boleh melebihi suhu skala dan harus diletakkan di tempat
yang tidak terpengaruh getaran.
3. Termometer non kontak
Termometer infra
merah,
mendeteksi temperatur secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar
infra merah diukur, dan disajikan sebagai suhu, dengan mengetahui jumlah energi
infra merah yang dipancarkan oleh objek dan emisinya, temperatur objek dapat
dibedakan.
4. Termometer elektronik
Ada dua jenis yang digunakan di pengolahan, yakni thermocouple
dan resistance thermometer. Biasanya, industri menggunakan nominal
resistan 100 ohm pada 0 °C sehingga disebut sebagai sensor Pt-100. Pt
adalah simbol untuk platinum, sensivitas standar sensor 100 ohm adalah nominal
0.385 ohm/°C, RTDs dengan sensivitas 0.375 dan 0.392 ohm/°C juga tersedia.
a.Satuan Suhu
(Guslim,2009) Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia.
Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup
ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya).
Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku adalah 32 °F dan titik didih air
adalah 212 °F.
Sebagai
satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya
cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.
b. Mengubah Skala Suhu
Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan mengingat
perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala awal)xSuhu.
Dari Celsius ke Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan
- 77 °F pada skala Celsius adalah 5/9 x (77-32) = 25
Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa dibumi ini pernah
tercatat suhu paling dingin. Suhu paling dingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983 dengan suhu -89,2 °C.
c.Pengaruh Suhu terhadap Tanaman Pertanian
Fluktuasi
suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian terutama
proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik akan berakibat
berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara sulit diserap
tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya
kandungan air dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi
pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan
translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsur
hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Demikian pula
dengan suhu yang terlalu tinggi terjadi aktivitas negatif seperti terjadi
pembongkaran/perusakan organ. Suhu maksimal dan minimal berpengaruh terhadap
hasil produksi. Hal inilah yang menyebabkan hasil panen padi Indonesia menjadi
rendah.
C.
Lama penyinaran
Radiasi Matahari adalah
pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari.
Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum
radiasi matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan
sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar
x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah
sinar infra merah.
Jumlah total radiasi
yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor. Jarak matahari, Intensitas radiasi matahari,
yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan bumi. Jumlah
yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan
sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi
disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena
sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika
sinar dengan sudut datang yang tegak lurus, Panjang
hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit dan
matahari terbenam, Pengaruh atmosfer.
Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap
air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.(Lakitan,2002)
Cahaya matahari
membantu tanaman untuk melakukan fotosintesis. Yang mana fotosintesis adalah
suatu proses pembentukan energi oleh tanaman tersebut. Besar kecilnya radiasi
matahari sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan
proses fotosintesis merupakn proses pembentukan makanan yang dapat digunakan
untuk menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan tanaman.(Lakitan,2002)
D.
Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh
rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara
tinggi ke bertekanan udara rendah.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai
menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara
turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat
yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke
tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara
panas dan
turunnya udara
dingin ini
dinamanakan konveksi.(Handoko,1990)
1. Faktor terjadinya angin
Faktor
terjadinya angin, yaitu:
Anemometer, alat pengukur kecepatan angin
Gradien
barometris
Bilangan
yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
2.
Letak tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa. Tinggi
tempat. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini
disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan
bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya
gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin
kecil.Waktu di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.(Subarjo,2001)
3. Jenis-jenis angin
a. Angin laut
Angin
laut adalah angin yang bertiup dari arah
laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang
hari dari pukul 09.00 sampai dengan
pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
b. Angin darat
Angin
darat adalah
angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat
malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat
bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin
sederhana.
c. Angin lembah
Angin
lembah adalah
angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
d. Angin gunung
Angin
gunung adalah
angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam
hari.
e. Angin Fohn
Angin
Fohn/angin
jatuh adalah
angin yang terjadi seusai hujan
Orografis. angin
yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda.
Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang
tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn
yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah
dibuang pada saat hujan Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan
korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin
ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.
f. Angin Munsoon
Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus
secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain
polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah
tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan
setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober –
April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia
lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di
Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat
pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi).
E.
Solarimeter
Solarimeter
merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur intensitas dan panjang cahaya
matahari,terdapat dua tipe solarimeter yaitu:
1. Solarimeter
tipe campbell stokes
2. Solarimeter
tipe jordan
Radiasi matahari yang paling banyak diukur pada permukaan datar
(horizontal) disebut radiasi global horizontal. Radiasi Global horizontal
adalah gabungan radiasi langsung dan baur di permukaan horizontal. Radiasi
matahari langsung adalah radiasi yang langsung diterima permukaan dari Surya
(matahari itu sendiri). Radiasi baur adalah radiasi yang sampai dipermukaan
akibat dihamburkan berbagai partikel di Atmosfir. Radiasi baur sering juga
disebur radiasi langit. (Liu and Jordan, Sharma and Pal). (Guslim,2009)
III.
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu
Adapun
waktu Pelaksanaan praktikum Agroklimatologi mengenai suhu dan kelembaban, lama
penyinaran, angin dan solarimeter
dilaksanakan pada tanggal 31 maret 2013-01 Juni 2013 dan di mulai pada
pukul 17.00-17.00 wib 01 juni 2013.
B.Tempat
Adapun
tempat Pelaksanaan praktikum Agroklimatologi mengenai suhu dan kelembaban,lama
penyinaran,angin dan solarimeter
dilaksanakan di Balai Penelitian Agro Techno Park (ATP) di daerah
Glumbang Kabupaten Muara Enim .
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
|
Hari/ tanggal
|
Air yang di dapat
|
Luas penampang kaleng
|
Curah Hujan
|
1
|
SENIN-15 APRIL 2013
|
1375 ml
|
174,27 cm3
|
789 mm
|
2
|
SELASA-16 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 ml
|
3
|
RABU-17 APRIL 2013
|
380 ml
|
174,27 cm3
|
2180 mm
|
4
|
KAMIS-18 APRIL 2013
|
50 ml
|
174,27 cm3
|
28,60 mm
|
5
|
JUM AT-19 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
6
|
SABTU-20 APRIL 2013
|
0ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
7
|
MINGGU-21 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
Tabel 2. Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
|
Hari/ tanggal
|
Air yang di dapat
|
Luas penampang kaleng
|
Curah Hujan
|
1
|
SENIN-22 APRIL 2013
|
345
ml
|
174,27 cm3
|
19,7 mm
|
2
|
SELASA-23 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 ml
|
3
|
RABU-24 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
4
|
KAMIS-25 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
5
|
JUM AT-26 APRIL 2013
|
190 ml
|
174,27 cm3
|
16,6 mm
|
6
|
SABTU-27 APRIL 2013
|
0ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
7
|
MINGGU-28 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
Tabel 3. Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
|
Hari/ tanggal
|
Air yang di dapat
|
Luas penampang kaleng
|
Curah Hujan
|
1
|
SENIN-29 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
2
|
SELASA-30 APRIL 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 ml
|
3
|
RABU-01 MEI 2013
|
180 ml
|
174,27 cm3
|
10,32 mm
|
4
|
KAMIS-02 MEI 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
5
|
JUM AT-03 MEI 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
6
|
SABTU-04 MEI 2013
|
0ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
7
|
MINGGU-05 MEI 2013
|
130 ml
|
174,27 cm3
|
7,45 mm
|
Tabel 4. Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
|
Hari/ tanggal
|
Air yang di dapat
|
Luas penampang kaleng
|
Curah Hujan
|
1
|
SENIN-06 MEI 2013
|
120 ml
|
174,27 cm3
|
6,8 mm
|
2
|
SELASA-07MEI 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 ml
|
3
|
RABU-08 MEI 2013
|
180 ml
|
174,27 cm3
|
10,32 mm
|
4
|
KAMIS-09 MEI 2013
|
8 ml
|
174,27 cm3
|
0,45 mm
|
5
|
JUM AT-10 MEI 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
6
|
SABTU-11 MEI 2013
|
0ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
7
|
MINGGU-12 MEI 2013
|
0 ml
|
174,27 cm3
|
0 mm
|
Tabel.1. Pengamatan
Curah Hujan
Kelompok
|
Hari/ Tgl
|
Waktu
|
Suhu
|
|
Kelembaban
|
|
Angin
|
Campbell
|
Solarimeter
|
|
|
|
|
Max
|
Min
|
BB
|
BK
|
|
Stokes
|
|
|
1 A
|
|
17.00
|
31
|
31
|
28,2
|
30,41
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
3 B
|
|
18.00
|
28
|
27,5
|
26,4
|
27,5
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
5 C
|
|
19.00
|
27
|
26
|
26
|
26,9
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
2 A
|
Jum’at
|
20.00
|
26
|
25
|
24
|
25
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
4 PLG
|
31-05-
|
21.00
|
26
|
26
|
25,3
|
26
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
6 A
|
2013
|
22.00
|
25
|
24
|
25
|
24
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
2 B
|
|
23.00
|
25
|
26
|
25
|
25
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
4 C
|
|
24.00
|
26
|
25,5
|
25,3
|
25,2
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
6 B
|
|
01.00
|
25
|
15
|
25
|
26
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
1 B
|
|
02.00
|
36
|
25,5
|
25
|
25
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
3 A
|
|
03.00
|
36
|
25,5
|
25
|
24
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
5 PLG
|
|
04.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
5 A
|
Sabtu
|
05.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
1691,32
|
-
|
-
|
|
3 C
|
01-05
|
06.00
|
24
|
23
|
23,3
|
23,3
|
1691,32
|
Tdk terbakar
|
440x10 lux
|
|
1 C
|
2013
|
07.00
|
25
|
25,1
|
24,5
|
4,5
|
1691,32
|
terbakar
|
1463x10 lux
|
|
2 PLG
|
|
08.00
|
27,4
|
29
|
28
|
28
|
1691,32
|
terbakar
|
693x10 lux
|
|
4 B
|
|
09.00
|
30
|
30
|
30
|
30
|
1691,32
|
terbakar
|
1417x 10 lux
|
|
6 C
|
|
10.00
|
28,2
|
29,8
|
30
|
30,05
|
1691,32
|
terbakar
|
625x10 lux
|
|
1 PLG
|
|
11.00
|
28,4
|
30,4
|
29
|
30,4
|
1691,32
|
terbakar
|
940x10 lux
|
|
2 C
|
|
12.00
|
29,3
|
33,1
|
33
|
33,1
|
1691,32
|
terbakar
|
920 x 10 lux
|
|
3 PLG
|
|
13.00
|
30
|
33,2
|
33
|
34,1
|
1691,32
|
Terbakar penuh
|
780 x 10 lux
|
|
4 A
|
|
14.00
|
35,5
|
33,2
|
34,1
|
33,1
|
1691,32
|
terbakar
|
364 x 10 lux
|
|
5 B
|
|
15.00
|
33,5
|
33
|
33,1
|
32
|
1691,32
|
terbakar
|
267x10 lux
|
|
6 PLG
|
|
16.00
|
32,5
|
32
|
33,1
|
32
|
1691,32
|
terbakar
|
310x10 lux
|
|
7 A
|
|
17.00
|
32,5
|
32
|
32
|
32
|
1691,32
|
terbakar
|
310x10 lux
|
|
B.Pembahasan
Dari
data hasil pengamatan pengukuran curah hujan,curah hujan tertinggi di dapat
pada tanggal dengan jumlah air yang di dapat sekitar 1375 ml dan curah hujan
789 mm.curah hujan yang turun dapat disimpulkan,jumlah hujan yang turun
terdapat lebih banyak pada bulan April dibandingkan bulan Mei,walaupun di
bbulan mei terjadi sekitar 7 kali hujan turun sedangkan di bulan april hanya
terjadi 5 kali,akan tetapi jumlah air yang didapat pada kaleng pengukur curah
hujan lebih banyak di bulan april.Dari hasil pengamatan ataupun pengukuran yang
dilakukan dari pukul 17. 00 WIB – 12. 00 WIB memperoleh hasil untuk pengukuran
curah hujan yaitu 21,4 mm. Mengapa hasil pengukuran dari jam 17. 00 WIB sampai
jam 12. 00 WIB diperoleh hasil yang sama? Hal ini dikarenakan curah hujan dalam
pengamatan yang kita lakukan adalah pengukuran curah hujan harian. Sehingga
secara otomatis diperoleh hasil yang sama.
Pengamatan
yang kita lakukan adalah pengamatan pengukuran curah hujan harian. Yang mana
komponen curah hujan adalah semua hasil tiap menitnya adalah memiliki nilai
yang sama. Namun akan beda hasilnya bila kita mengukur curah hujan bulanan
bahkan tahunan.
Dalam
pengamatan curah hujan harian, apabila dalam satu hari tidak ada hujan yang
turun bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung didalam penampungan pada
alat ombrometer. Hal ini dikarenakan alat ombrometer hanya memiliki lubang yang
sangat kecil. Pada hujan yang lebat atau deras air yang tertampung hanya
sedikit atau bisa dikatakan tidak akan pernah bisa memenuhi penampung yang ada
pada alat ombrometer. Sedangkan bila tidak ada hujan yang turun, maka bisa
dipastikan tidak ada air yang tertampung. Jika seandainya ada hanyalah sedikit
dan amat kecil, yaitu hasil dari tetesan embun.
Semua termometer pengukur suhu udara pada waktu pengukuran
berada di dalam sangkar cuaca. Maksudnya adalah termometer tidak dipengaruhi
radiasi surya langsung maupun radiasi dari bumi. Kemudian terlindung dari hujan
ataupun angin kencang. Warna sangkar cuaca putih menghindari penyerapan radiasi
surya. Panas ini dapat mempengaruhi pengukuran suhu udara.
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan dari pukul 17.00 sampai dengan pukul 24.00. Kita
dapat mengetahui kisaran suhu pada wilayah di Balai Penelitian Agro Techno Park
yaitu suhu berkisar antara 25 0 C – 28 0 C
kemudian suhu meningkat pada pukul 01.00-02..00 menjadi 36 0 C.dari
pukul 03.00- 11.00 suhu berkisaran 23 0 C- 27 0 C dan
meningkat lagi pada pukul 12.00 – 13.00 sekitar 33 0 C.Dari table pengamatan
yang diperoleh, maka kita dapat memberikan sebuah gambaran bahwa suhu meningkat
pada pukul 02.00 sampai 03.00 dapat dikatakan suhu dingin meningkat dan pada
pukul 12.00-13.00 suhu panas meningkat Sedangkan
pada pukul 17.00 sampai pukul 18.00 hari sebelumnya memiliki kisaran nilai suhu
yang berbeda. Kita dapat memberikan sebuah penjelasan suhu antara pukul 06.00 sampai pukul 12.00 adalah suhu harian pada
hari tersebut. Sedangkan suhu pada pukul 17.00 sampai pikul 18.00 adalah suhu
harian pada hari sebelumnya.
Suhu dalam
budidaya tanaman sangat berpengaruh. Hal ini disebabkan suhu suatu wilayah
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat tumbuh secara optimal
jika didukung dengan suhu yang cukup optimal bagi pertumbuhan tanaman. Jika
suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Bahkan dapat menjadikan tanaman layu atau bisa sampai mengalami kematian.
Dari data yang didapat
tidak menunjukan perubahan yang signifikan pada anemometer pada tiap jamnya hal
ini di karenakan alat pengukur kecepatan angin di Agro Techno Park sudah tidak
berfungsi lagi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini
berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan
bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih
besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang
cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara
daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih
sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada
wilayah tersebut.
Pada saat tertiup
anginn ataupun angin berhembus, baling-baling yang terdapat pada anemometer
akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah
yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah
dicatat, dan kemudian hasil tersebut akan dicocokkan dengan skala Beaufort.
Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur jumlah angin yang mengenai baling –
baling pada anemometer. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah
mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling
bendera angin akan menunjukkan ke arah mana angin bertiup.
Campbell
Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran
matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen.
Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus.
Kartu
ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat dat,yang disebut dengan kertas
pias,kertas pias dapat di bagi menjadi 3 yaitu kertas pias lengkung
panjang.kertas pias lengkung pendek,dan kertas pias lurus,biasanya kertas pias
lurus digunakan pada saat posisi bumi berada di lintang equator misalnya kita
mengukur intensitas cahaya matahari di kota pntianak.
Kartu (campbell stokes) ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran.
Kartu (campbell stokes) ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran.
Data
yang di dapat dari hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dapat di
simpulkan pada pukul 17.00- 05 .00 sabtu 01 juni kertas pias tidak terbakar hal
ini di karenakan mata hari sudah mulai terbenam.dan pada pukul 06.00- 17.00
kertas pias mulai terbakar di karenakan matahari sudah terbit.kertas pias
terbakar penuh pada pukul 12.00-14.00 karena posisi matahari berada tepat
diatas horizon bumi,sehingga daya panas yang di pancarkan matahari lebih
tinggi.
Setiap
perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi
matahari 2.Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar
matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan
sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang
memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada
permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan
atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak
lurus. 3. Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari
terbit dan matahari terbenam. 4. Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer
sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali,
dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Salah satu alat pengukur curah hujan
yaitu Ombrometer
2. Nilai atau besaran curah hujan selama
pengamatan terdapat pada pada tanggal 15 April 2013,dengan jumlah air yang di
dapat 1375 ml dan curah hujan 789 mm
3. Alat pengukur suhu yang digunakan
yaitu thermometer biasa dengan dua buah
thermometer yaitu thermometer maksmimal dan minimum.
4. Dari data hasil pengamatan rata-rata
suhu meningkat pada pukul 24.00 dan 12.00 sekitar 300 C- 350 C.
5. Proses terjadinya angin dipengaruhi oleh letak
tempat, tinggi tempat, dan juga waktu. Kecepatan angin pada siang hari lebih
besar bila dibandingkan pada sore ataupun malam hari.
9. Solarimeter merupakan alat untuk
mengukur intensitas dan panjang sinar matahari
B.
Saran
Dalam pengamatan suhu
dan kelembaban menggunakan thermometer sebaiknya
praktikan perlu memperhatikan ketelitian dalam pembacaan hasil. Apabila
pembacaan tersebut tidak tepat maka nilai suhu setiap waktu yang ditentuk akan
memiliki keakuratan data atau hasil.
DAFTAR
PUSTAKA
Guslim.
2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Handoko ahmad, 1994.Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi
sangat
bervariasi menurut tempat dan waktu. Jakarta: balai pustaka.
Lakitan,
Benyamin. 2002. Dasar-Dasar
Klimatologi. Cetakan Ke-dua. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Subarjo M.2001.Buku Ajar
Meteorologi Dan Klimatologi.Universitas
Lampung:Bandar
Lampung
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi.
Cetakan Ke-2. IPB Press. Bandung
LAMPIRAN
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
PERTANIAN
UMIYA
05121007010
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar