Selasa, 08 Oktober 2013

laporan agroklimatologi


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI PERTANIAN








UMIYA
05121007010








PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
20113
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti   peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah hujan.  Menjadi hal sangat krusial mengetahui besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer. (Lakitan,2002)
 Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan periode 2010-2039 beserta anomalinya terutama untuk musim hujan (Maret sampai Oktober) dilaksanakan pada tahun 2002.  Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan (mm) pada periode inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039), dengan menggunkan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0.  Besaran curah hujan yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rataan bulanan pada kedua periode tersebut.  Koordinat yang dipilih berkisar antara 25° Lintang Utara dan Lintang Selatan serta berkisar 150° Bujur Timur.  Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur minimal untuk ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm).  Untuk melihat perubahan frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan.(. Subarjo,2001)
Data iklim hasil pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi Tamanbogo, Lampung Tengah (105°05’ BT ; 5°22’ LS ; 20 m dpl) dan Genteng, Jawa Timur (114°13’ BT ; 8°22’ LS ; 168 m dpl).  Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positip zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi  tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut Arafura.  Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah hujan 100-150 mm/hari  secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 1991-2000.  Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat dilakukan secara serentak melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan.(Subarjo,2001)
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.(Guslim,2009)
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur. Termometer harus dipasang secara mendatar di lapangan terbuka. Satuan meteorologi dari temperatur adalah derajat celcius (oC), Reamur (oR) dan Fahrenheit (oF). Umumnya termometer diisi air raksa atau alkohol. Macam – macam suhu yaitu suhu tinggi, suhu rendah dan suhu sedang.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002).         Menurut (Tjasyono,2004) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Dalam konteks budidaya tanaman dalam ruang lingkup pertanian baik berupa budidaya tanaman pangan, perkebunan, ataupun budidaya tanaman holtikultura dsb. Maka  kelembaban udara dipengaruhi dan memengaruhi laju transpirasi tanaman. Kelembaban udara memiliki pengaruh pada proses transpirasi tanaman, tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata.
Disamping itu juga kelembaban udara bersama dengan temperatur juga memiliki pengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit. Hal ini terjadi karena, kondisi kelembaban dan temperatur pada nilai tertentu merupakan nilai yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Oleh karena itu, dengan mengetahui kelembaban dan juga temperatur pada suatu wilayah, maka kita dapat menentukan langkah antisipatif untuk budidaya tanaman. Sebab, jika kita  mengetahui kelembaban suatu  tempat, maka kita dapat menentukan tanaman apa yang tepat untuk dibudidayakan pada nilai kelembaban yang kita ketahui.
Angin dalam proses pertanian sangat berpengaruh. Sebab angin dapat membantu penyerbukan bunga, sebagai contoh pada tanaman  padi. Angin membantu petani mengairi sawah mereka. Sebab  angin membantu menggerakkan kincir angin yang dibuat petani untuk mengambil air dari dalam sumur.
Bila kincir angin itu bergerak maka air dari dalam sumur akan naik ke permukaan kemudian air dialirkan ke sawah. Ada lagi manfaat angin yang sangat menakjubkan. Angin membawa awan-awan yang mengadung air ke suatu tempat untuk diturunkan hujan di tempat tersebut.
            Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan.



B. Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum agroklimatologi ini agar praktikan dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat seperti solarimeter,obrometer,higrometer dan termometer serta mengukur curah hujan , kecepatan angin,intensitas cahaya matahari,dan angin.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.                Curah Hujan
            Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.(Guslim,2009)
            Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).
b. Sistem Klasifikasi Mohr
            Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.
 c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
            Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n).
            Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Lakitan,2002).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
            (Handoko,1990) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
            Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
            Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
B. Suhu dan Kelembaban
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.      
(Subarjo,2001) Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:
 C:R:(F-32) = 5:4:9 dan
K=C - 273.(derajat)
 Karena dar Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain. Contoh: K=R 4/5X[300-273] daripada: C=R 4/5X27 Sebagai contoh:
C = \frac{5}{9} \left({F - 32}\right)dan  F = \frac{9}{4}{R + 32}.
Alat Ukur Suhu
Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).
Termometer yang sering digunakan
(Subarjo,2001) Termometer yang biasanya digunakan untuk mengukur suhu sebagai berikut:
1. Termometer bulb (air raksa atau alkohol)
Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah tempat menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk menekankan perubahan volume atau tempat pemuaian cairan. Berdasar pada prinsip suatu cairan volumenya berubah sesuai temperatur. Cairan yang diisikan kadang-kadang alkohol yang berwarna tetapi juga bisa cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya memuai bila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan
Ada nomor disepanjang tuba gelas yang menjadi tanda besaran temperatur. Keutungan termometer bulb antara lain tidak memerlukan alat bantu, relatif murah, tidak mudah terkontaminasi bahan kimia sehingga cocok untuk laboratorium kimia, dan konduktivitas panas rendah.
Kelemahan termometer bulb antara lain mudah pecah, mudah terkontaminasi cairan (alkohol atau merkuri), kontaminasi gelas/kaca, dan prosedur pengukuran yang rumit (pencelupan). Penggunaan thermometer bulb harus melindungi bulb dari benturan dan menghindari pengukuran yang melebihi skala termometer.
·      Sumber kesalahan termometer bulb:
- time constant effect, waktu yang diperlukan konduksi panas dari luar ke tengah batang kapiler
- thermal capacity effect, apabila massa yang diukur relatif kecil, akan banyak panas yang diserap oleh termometer dan mengurangi suhu sebenarnya
- cairan (alkohol, merkuri) yang terputus
- kesalahan pembacaan
- kesalahan pencelupan
2. Termometer spring
Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari logam yang sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer. Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga pointer bergerak naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut pointer bergerak turun. Secara umum termometer ini paling rendah keakuratannya di banding termometer bulb dan digital.
Penggunaan termometer spring harus selalu melindungi pipa kapiler dan ujung sensor (probe) terhadap benturan/ gesekan. Selain itu, pemakaiannya tidak boleh melebihi suhu skala dan harus diletakkan di tempat yang tidak terpengaruh getaran.
3. Termometer non kontak
Termometer infra merah, mendeteksi temperatur secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar infra merah diukur, dan disajikan sebagai suhu, dengan mengetahui jumlah energi infra merah yang dipancarkan oleh objek dan emisinya, temperatur objek dapat dibedakan.
4. Termometer elektronik
Ada dua jenis yang digunakan di pengolahan, yakni thermocouple dan resistance thermometer. Biasanya, industri menggunakan nominal resistan 100 ohm pada 0 °C sehingga disebut sebagai sensor Pt-100. Pt adalah simbol untuk platinum, sensivitas standar sensor 100 ohm adalah nominal 0.385 ohm/°C, RTDs dengan sensivitas 0.375 dan 0.392 ohm/°C juga tersedia.
a.Satuan Suhu
(Guslim,2009) Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya).
Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F.
Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.
b. Mengubah Skala Suhu
Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan mengingat perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala awal)xSuhu. Dari Celsius ke Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan
  • 77 °F pada skala Celsius adalah 5/9 x (77-32) = 25
Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa dibumi ini pernah tercatat suhu paling dingin. Suhu paling dingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983 dengan suhu -89,2 °C.
c.Pengaruh Suhu terhadap Tanaman Pertanian
Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian terutama proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara sulit diserap tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya kandungan air dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsur hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Demikian pula dengan suhu yang terlalu tinggi terjadi aktivitas negatif seperti terjadi pembongkaran/perusakan organ. Suhu maksimal dan minimal berpengaruh terhadap hasil produksi. Hal inilah yang menyebabkan hasil panen padi Indonesia menjadi rendah.
C. Lama penyinaran
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah.
Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor. Jarak matahari, Intensitas radiasi matahari, yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus, Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit dan matahari terbenam, Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.(Lakitan,2002)
Cahaya matahari membantu tanaman untuk melakukan fotosintesis. Yang mana fotosintesis adalah suatu proses pembentukan energi oleh tanaman tersebut. Besar kecilnya radiasi matahari sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan proses fotosintesis merupakn proses pembentukan makanan yang dapat digunakan untuk menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan tanaman.(Lakitan,2002)
D. Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.(Handoko,1990)

1. Faktor terjadinya angin
Faktor terjadinya angin, yaitu:
Anemometer, alat pengukur kecepatan angin
Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
2. Letak tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa. Tinggi tempat. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.Waktu di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.(Subarjo,2001)
3. Jenis-jenis angin
a. Angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
b. Angin darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana.
c. Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
d. Angin gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.
e. Angin Fohn
Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis. angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.
f. Angin Munsoon
Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi).
E. Solarimeter
            Solarimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur intensitas dan panjang cahaya matahari,terdapat dua tipe solarimeter yaitu:
1.      Solarimeter tipe campbell stokes
2.      Solarimeter tipe jordan
            Radiasi matahari yang paling banyak diukur pada permukaan datar (horizontal) disebut radiasi global horizontal. Radiasi Global horizontal adalah gabungan radiasi langsung dan baur di permukaan horizontal. Radiasi matahari langsung adalah radiasi yang langsung diterima permukaan dari Surya (matahari itu sendiri). Radiasi baur adalah radiasi yang sampai dipermukaan akibat dihamburkan berbagai partikel di Atmosfir. Radiasi baur sering juga disebur radiasi langit. (Liu and Jordan, Sharma and Pal). (Guslim,2009)
III. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSAAN PRAKTIKUM
A.      Waktu
Adapun waktu Pelaksanaan praktikum Agroklimatologi mengenai suhu dan kelembaban, lama penyinaran, angin dan solarimeter  dilaksanakan pada tanggal 31 maret 2013-01 Juni 2013 dan di mulai pada pukul 17.00-17.00 wib 01 juni 2013.


B.Tempat
            Adapun tempat Pelaksanaan praktikum Agroklimatologi mengenai suhu dan kelembaban,lama penyinaran,angin dan solarimeter  dilaksanakan di Balai Penelitian Agro Techno Park (ATP) di daerah Glumbang Kabupaten Muara Enim .






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 1.  Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
Hari/ tanggal
Air yang di dapat
Luas penampang kaleng
Curah Hujan
1
SENIN-15 APRIL 2013
1375 ml
174,27 cm3
789 mm
2
SELASA-16 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 ml
3
RABU-17 APRIL 2013
380 ml
174,27 cm3
 2180 mm
4
KAMIS-18 APRIL 2013
50 ml
174,27 cm3
28,60 mm
5
JUM AT-19 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
6
SABTU-20 APRIL 2013
0ml
174,27 cm3
0 mm
7
MINGGU-21 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm

Tabel 2.  Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
Hari/ tanggal
Air yang di dapat
Luas penampang kaleng
Curah Hujan
1
SENIN-22 APRIL 2013
345  ml
174,27 cm3
19,7 mm
2
SELASA-23 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 ml
3
RABU-24 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
 0 mm
4
KAMIS-25 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
5
JUM AT-26 APRIL 2013
190 ml
174,27 cm3
16,6 mm
6
SABTU-27 APRIL 2013
0ml
174,27 cm3
0 mm
7
MINGGU-28 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm

Tabel 3.  Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
Hari/ tanggal
Air yang di dapat
Luas penampang kaleng
Curah Hujan
1
SENIN-29 APRIL 2013
0  ml
174,27 cm3
0 mm
2
SELASA-30 APRIL 2013
0 ml
174,27 cm3
0 ml
3
RABU-01 MEI 2013
180 ml
174,27 cm3
 10,32 mm
4
KAMIS-02 MEI 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
5
JUM AT-03 MEI 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
6
SABTU-04 MEI 2013
0ml
174,27 cm3
0 mm
7
MINGGU-05 MEI 2013
130 ml
174,27 cm3
7,45 mm

Tabel 4.  Pengamatan.Pengukuran Curah Hujan
No
Hari/ tanggal
Air yang di dapat
Luas penampang kaleng
Curah Hujan
1
SENIN-06 MEI 2013
120  ml
174,27 cm3
6,8 mm
2
SELASA-07MEI 2013
0 ml
174,27 cm3
0 ml
3
RABU-08 MEI 2013
180 ml
174,27 cm3
 10,32 mm
4
KAMIS-09 MEI 2013
8 ml
174,27 cm3
0,45 mm
5
JUM AT-10 MEI 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
6
SABTU-11 MEI 2013
0ml
174,27 cm3
0 mm
7
MINGGU-12 MEI 2013
0 ml
174,27 cm3
0 mm
Tabel.1.  Pengamatan Curah Hujan
Kelompok
Hari/ Tgl
Waktu
Suhu

Kelembaban

Angin
Campbell
Solarimeter




Max
Min
BB
BK

Stokes


1 A

17.00
31
31
28,2
30,41
1691,32
-
-

3 B

18.00
28
27,5
26,4
27,5
1691,32
-
-

5 C

19.00
27
26
26
26,9
1691,32
-
-

2 A
Jum’at
20.00
26
25
24
25
1691,32
-
-

4 PLG
31-05-
21.00
26
26
25,3
26
1691,32
-
-

6 A
2013
22.00
25
24
25
24
1691,32
-
-


2 B

23.00
25
26
25
25
1691,32
-
-


4 C

24.00
26
25,5
25,3
25,2
1691,32
-
-


6 B

01.00
25
15
25
26
1691,32
-
-


1 B

02.00
36
25,5
25
25
1691,32
-
-


3 A

03.00
36
25,5
25
24
1691,32
-
-


5 PLG

04.00
24
24
24
24
1691,32
-
-


5 A
Sabtu
05.00
24
24
24
24
1691,32
-
-


3 C
01-05
06.00
24
23
23,3
23,3
1691,32
Tdk terbakar
440x10 lux

1 C
2013
07.00
25
25,1
24,5
4,5
1691,32
terbakar
1463x10 lux

2 PLG

08.00
27,4
29
28
28
1691,32
terbakar
693x10 lux

4 B

09.00
30
30
30
30
1691,32
terbakar
1417x 10 lux

6 C

10.00
28,2
29,8
30
30,05
1691,32
terbakar
625x10 lux

1 PLG

11.00
28,4
30,4
29
30,4
1691,32
terbakar
940x10 lux

2 C

12.00
29,3
33,1
33
33,1
1691,32
terbakar
920 x 10 lux

3 PLG

13.00
30
33,2
33
34,1
1691,32
Terbakar penuh
780 x 10 lux

4 A

14.00
35,5
33,2
34,1
33,1
1691,32
terbakar
364 x 10 lux

5 B

15.00
33,5
33
33,1
32

1691,32
terbakar
267x10 lux

6 PLG

16.00
32,5
32
33,1
32

1691,32
terbakar
310x10 lux

7 A

17.00
32,5
32
32
32

1691,32
terbakar
310x10 lux



B.Pembahasan
            Dari data hasil pengamatan pengukuran curah hujan,curah hujan tertinggi di dapat pada tanggal dengan jumlah air yang di dapat sekitar 1375 ml dan curah hujan 789 mm.curah hujan yang turun dapat disimpulkan,jumlah hujan yang turun terdapat lebih banyak pada bulan April dibandingkan bulan Mei,walaupun di bbulan mei terjadi sekitar 7 kali hujan turun sedangkan di bulan april hanya terjadi 5 kali,akan tetapi jumlah air yang didapat pada kaleng pengukur curah hujan lebih banyak di bulan april.Dari hasil pengamatan ataupun pengukuran yang dilakukan dari pukul 17. 00 WIB – 12. 00 WIB memperoleh hasil untuk pengukuran curah hujan yaitu 21,4 mm. Mengapa hasil pengukuran dari jam 17. 00 WIB sampai jam 12. 00 WIB diperoleh hasil yang sama? Hal ini dikarenakan curah hujan dalam pengamatan yang kita lakukan adalah pengukuran curah hujan harian. Sehingga secara otomatis diperoleh hasil yang sama.
            Pengamatan yang kita lakukan adalah pengamatan pengukuran curah hujan harian. Yang mana komponen curah hujan adalah semua hasil tiap menitnya adalah memiliki nilai yang sama. Namun akan beda hasilnya bila kita mengukur curah hujan bulanan bahkan tahunan.
            Dalam pengamatan curah hujan harian, apabila dalam satu hari tidak ada hujan yang turun bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung didalam penampungan pada alat ombrometer. Hal ini dikarenakan alat ombrometer hanya memiliki lubang yang sangat kecil. Pada hujan yang lebat atau deras air yang tertampung hanya sedikit atau bisa dikatakan tidak akan pernah bisa memenuhi penampung yang ada pada alat ombrometer. Sedangkan bila tidak ada hujan yang turun, maka bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung. Jika seandainya ada hanyalah sedikit dan amat kecil, yaitu hasil dari tetesan embun.
Semua termometer pengukur suhu udara pada waktu pengukuran berada di dalam sangkar cuaca. Maksudnya adalah termometer tidak dipengaruhi radiasi surya langsung maupun radiasi dari bumi. Kemudian terlindung dari hujan ataupun angin kencang. Warna sangkar cuaca putih menghindari penyerapan radiasi surya. Panas ini dapat mempengaruhi pengukuran suhu udara.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari pukul 17.00 sampai dengan pukul 24.00. Kita dapat mengetahui kisaran suhu pada wilayah di Balai Penelitian Agro Techno Park yaitu suhu berkisar antara 25 0 C 28 0 C kemudian suhu meningkat pada pukul 01.00-02..00 menjadi 36 0 C.dari pukul 03.00- 11.00 suhu berkisaran 23 0 C- 27 0 C dan meningkat lagi pada pukul 12.00 – 13.00 sekitar 33 0 C.Dari table pengamatan yang diperoleh, maka kita dapat memberikan sebuah gambaran bahwa suhu meningkat pada pukul 02.00 sampai 03.00 dapat dikatakan suhu dingin meningkat dan pada pukul 12.00-13.00 suhu panas meningkat         Sedangkan pada pukul 17.00 sampai pukul 18.00 hari sebelumnya memiliki kisaran nilai suhu yang berbeda. Kita dapat memberikan sebuah penjelasan suhu antara pukul 06.00  sampai pukul 12.00 adalah suhu harian pada hari tersebut. Sedangkan suhu pada pukul 17.00 sampai pikul 18.00 adalah suhu harian pada hari sebelumnya.
Suhu dalam budidaya tanaman sangat berpengaruh. Hal ini disebabkan suhu suatu wilayah mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat tumbuh secara optimal jika didukung dengan suhu yang cukup optimal bagi pertumbuhan tanaman. Jika suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Bahkan dapat menjadikan tanaman layu atau bisa sampai mengalami kematian.
Dari data yang didapat tidak menunjukan perubahan yang signifikan pada anemometer pada tiap jamnya hal ini di karenakan alat pengukur kecepatan angin di Agro Techno Park sudah tidak berfungsi lagi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
            Pada saat tertiup anginn ataupun angin berhembus, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, dan kemudian hasil tersebut akan dicocokkan dengan skala Beaufort. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur jumlah angin yang mengenai baling – baling pada anemometer. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arah mana angin bertiup.
            Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus.
            Kartu ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat dat,yang disebut dengan kertas pias,kertas pias dapat di bagi menjadi 3 yaitu kertas pias lengkung panjang.kertas pias lengkung pendek,dan kertas pias lurus,biasanya kertas pias lurus digunakan pada saat posisi bumi berada di lintang equator misalnya kita mengukur intensitas cahaya matahari di kota pntianak.
            Kartu (campbell stokes) ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran.
            Data yang di dapat dari hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dapat di simpulkan pada pukul 17.00- 05 .00 sabtu 01 juni kertas pias tidak terbakar hal ini di karenakan mata hari sudah mulai terbenam.dan pada pukul 06.00- 17.00 kertas pias mulai terbakar di karenakan matahari sudah terbit.kertas pias terbakar penuh pada pukul 12.00-14.00 karena posisi matahari berada tepat diatas horizon bumi,sehingga daya panas yang di pancarkan matahari lebih tinggi.




V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Salah satu alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer
2. Nilai atau besaran curah hujan selama pengamatan terdapat pada pada tanggal 15 April 2013,dengan jumlah air yang di dapat 1375 ml dan curah hujan 789 mm
3. Alat pengukur suhu yang digunakan yaitu thermometer biasa dengan dua buah
   thermometer yaitu thermometer maksmimal dan minimum.
4. Dari data hasil pengamatan rata-rata suhu meningkat pada pukul 24.00 dan 12.00 sekitar 300 C- 350 C.
5. Proses  terjadinya angin dipengaruhi oleh letak tempat, tinggi tempat, dan juga waktu. Kecepatan angin pada siang hari lebih besar bila dibandingkan pada sore ataupun malam hari.
9. Solarimeter merupakan alat untuk mengukur intensitas dan panjang sinar matahari


B. Saran
Dalam pengamatan suhu dan kelembaban menggunakan thermometer  sebaiknya praktikan perlu memperhatikan ketelitian dalam pembacaan hasil. Apabila pembacaan tersebut tidak tepat maka nilai suhu setiap waktu yang ditentuk akan memiliki keakuratan data atau hasil.

DAFTAR PUSTAKA
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Handoko ahmad, 1994.Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat
bervariasi menurut tempat dan waktu. Jakarta: balai pustaka.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-dua. Raja
Grafindo Persada. Jakarta

Subarjo M.2001.Buku Ajar Meteorologi Dan Klimatologi.Universitas Lampung:Bandar
Lampung

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Cetakan Ke-2. IPB Press. Bandung



















LAMPIRAN







LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI PERTANIAN








UMIYA
05121007010








PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
LAMPIRAN


  

  


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar