Selasa, 08 Oktober 2013

laporan ekologi metode kuadran


I.PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
            Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
            Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
            Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
            Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupu oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gamberan vegetasi secara umum atau fungsionl. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan memebantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lain.dalam waktu ini akan dipergunakan metode kuadran dan study floristic.

            Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya
            Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup bersama pada suatu daerah. Suatu komonitas terdiri dari banyaknya jenis dengan berbagai macam populasi dan interaksi satu dengan yang lain. komposisi suatu komonitas ditentukan dengan tumbuhan dan hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota komonitas ini tergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologis yang ada ditempat tersebut. Ada dua konsep yang ditentukan dalam mengamati pete komonitas yaitu gradasi komonitas( populasi) dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor lingkungantambak secara bersama-sama. (Soedjiran,1989).

B.Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan metode kuadran ini dengan baik di lapangan.




II. TINJAUAN PUSTAKA
            Arboretum berasal dari bahasa latin arboreta (pohon) dan rium (tempat), dengan demikian arboretum merupakan tempat atau wilayah untuk menanam pohon. Arboretum Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak hanya menanam pohon tetapi juga terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan,terutama tumbuhan langka Jawa Barat.(Indriyanto,2006)
            Arboretum seluas 12,5 ha merupakan suatu model yang kompleks. Wilayah arboretum terbagi dalam beberapa ekosistem yaitu ekosistem kolam, sawah, kebun, ladang dan hutan.
Arboretum terbagi ke dalam beberapa zona, diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka, tanaman jati diri, tanaman bahan bangunan daan zona budidaya.
            Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.(Hafild,1984)
            Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
            Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Ewusie,1990)   Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat -sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
            Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah  (Dedy 2010) :
1.                  Ukuran petak.
2.                  Bentuk petak.
3.                  Jumlah petak.
4.                  Cara meletakkan petak di lapangan.
            Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
            Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
            Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
            Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Arief,1994) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu (Irwanto, 2010).
            Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Daniel,1992).
Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:
1. Dengan cara petak tunggal
2. Dengan cara petak berganda
3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak
4. Dengan cara-cara tanpa petak
            Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran (Simanung, 2009).
- Metode Kuadran
            Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan (Damanik et all,1992) :
a. Point-quarter
            Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
b. Wandering-quarter
            Titik yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif .°Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90
            Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) :
1)    Nama jenis (lokal atau botanis)
2)    Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3)    Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4)    Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5)    Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
            Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ;
1.    kerapatan (Density)
            Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha
2.    Dominasi
            Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a)    Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)
b)    persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)
c)    Volume
d)    Biomas
e)    Indek nilai penting(importance value-IV)
            Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh)
3.    Frekuensi
            Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Raunkiser dalam shukla dan (Ewusie.1990) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
·                     Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
·                     Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
·                     Kelas C dalm frekuensi 41-60%
·                     Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
·                     Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4.    Indek Nilai Penting(importance value Indeks)
            Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%.
Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor.
            Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Arief,1994).
           
Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak (Arief,1994).
Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut:
a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
b. Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.  Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.
d. Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar.
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:
(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
(b) Pancang : 5 x 5 m.
(c) Pohon : 10 x 10 m.
            Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
aLiat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
cCover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
dChart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.



III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Waktu dan Tempat
            Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuarter  dilakukan pada hari Selasa  tanggal  09 April 2013 pada pukul 15.00 sampai  18.00 WIB di Arboretum Universitas Sriwijaya.

B.Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadran yaitu: tali, meteran, mistar, alat tulis dan kertas.
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadran yaitu: lahan dan tanaman.

C.Metode Pengamatan
           
            Metode yang digunakan adalah metode kuadrat.
1.Tentukan luas areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis,kita menentukan pengamatan dilapangan dengan transek yaitu garis lurus memotong areal yang akan diamati.
2. Langkah selanjutnya tentukan suatu titik (misal titik A) terletak pada transek tersebut. Pada titik A tersebut dibuat garis lurus yang tegak terhadap transek tersebut.
3. Selanjutnya untuk arah pergerakan(Kompas) disesuaikan dengan arah transek .Hasil dari perpotongan garis dengan transek tersebut didapatkan empat kuadran yaitu kuadran 1, 2, 3, dan 4.
4. Pada setiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihang dengan titik pengamatan(titik A) dan diameter pohonpada setinggi dada atau 50 cm diatas akar papan(banir).Apabila diameter tersebut lebih besar atau  tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm disebut pohon.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Jenis Tanaman
 Jumlah Tanaman
Diameter Tanaman
Tinggi Tanaman
Jarak dari titik B0
Pohon
200
17 cm
7 m
10 m
Tihang
300
8 cm
4 m
3 m
Pancang
150
6 cm
2 m
1 m
Anakan/Semai
80
5 cm
1 m
2,5 m

                                                 1
Q                      Q                    Q         Q                                             Q i                                                                               
          IV          d4                                       IV              d4
            x          d1           x                                     x                                                                                                                                                                                                                                 


 
---------------------------------------------------------------------------------------------
d3                                d2

iii Q                                   Q ii                  Q iii                                         Q ii

                                          gambar 1 : contoh metode kuadran
keterangan :
      Q         : pohon
      X         : tihang
      D         : jarak pohon ke titik pusat pengamatan
      dA  =   d1 – d2 - d3 – d4
                              4
            Dari hasil pengukuran, diperoleh besaran-besaran sebagai berikut:
Jarak pohon rata-rata (dA) = d1 + d2 + d3 +d4
                                                            4
Kerapatan
            Kerapatan seluruh jenis = Luas area (ha)
                                                            d2
Kerapatan  Relatif Jenis I

KRi=  Jumlah individu jenis i                 x  Kerapatan dalam luas area
     Jumlah totalsemua jenis ditentukan

Kerapatan Mutlak Jenis i(Kmi)Jumlah pohon suatu jenis x   100%
                                                             Jumlah pohon semua jenis
Dominansi mutlak = Rata-rata basal area tiap jenis x kerapatan mutlak tiap jenis
Dominanasi relative (%) = Dominansi mutlak suatu jenis x  100 %
                                                Jumlah total dominansi mutlak
Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya suatu jenis
                        Jumlah seluruh plot
Frekuensi relative  =  Frekuensi dari suatu jenis x   100%
                                    Frekuensi seluruh jenis
Nilai penting = Kr + Dr + Fr
Tihang
KRi=  Jumlah individu jenis i                 x  Kerapatan dalam luas area
     Jumlah totalsemua jenis ditentukan







B.PEMBAHASAN
            Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana pada metode ini menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
            Praktikum ini dilaksanakan tanggal 26 oktober 2010 pada pukul 08.22 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Praktikum ini bertujuan  supaya mahasiswa dapat memahami dan mempraktikan metode kuartaer ini dengan baik di lapangan. Tiap kelompok mendapat tansek sepanjang 30 m. Transek tersebut dibagi menjadi 3 buah kuarter dengan tiap plot berjarak 10 m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi plot menjadi 3 kuarter, pada masing-masing kurter terdapat 4 kuadran. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon (termasuk didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran.
            Karena metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang  dimaksud, tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut.
Cara ini  terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).
Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m. Dari ketiga plot tersebut dapat diketahui ada spesies dominan seperti Tectona grandis karena jenis spesies tersebut terdapat hampir di setiap plot.
            Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa FR terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 37,74 %. Nilai ini menunjukkan bahwa jati (Tectona grandis) memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya di mana jati di temukan di titik kuarter 1, 2, dan 3. KR terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 58,41 % . nilai ini menunjukkan bahwa jati memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Sedangkan nilai DR terbesar ada pada flamboyan (Delonix regia) dengan nilai sebesar 54,79 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,93. Indeks Kesamaan Sorensen memiliki nilai 36,36% (< 50%), maka  lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam. Sedangkan indeks diversitasnya adalah 63,64%, nilai ini menunjukan keragaman yang tinggi.
            Spesies Syzigium cuminii dan Tectona grandis kuarter 1 kuadran 2 termasuk kategori pohon dewasa karena memiliki diameter lebih dari 35 cm, spesies  Tectona grandis di kuarter dan kuadran lainnya, Citrus maximaDelonix regiaArthocarpus integra termasuk kategori tiang, yaitu pohon dengan diameter antara 10-35 cm, dan spesies A termasuk kategori pancang (sampling) .
            Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas.
            Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1.    Komposisi  vegetasi  tumbuhan dari Analisis vegetasi dengan metode kuadran adalah Tectona grandis. Citrus maxima,Sizygium cuminii,Delonix regia, Arthocarpus integra dan Sp A. sedangkan dominansinya adalah Tectona grandis.
2.    Frekuensi relatif total dari vegetasi tersebut adalah 99,99 % sedangkan kerapatan relativ total dari vegetasi tersebut adalah 99,96%.
3. Terdapat keragamannya dilihat dari nilai Iss ( indeks kesamaan sorensen ) sebesar 36,36%  yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam.
4.      Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
5.      Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
6.     Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
7.      Luasan petak contoh pada vegetasi rumput-rumputan berukuran kecil misalnya 25 cm2.

B.      Saran
            Diharapkan dapat mengetahui pengertian tentang analisis vegetasi metoda garis menyinggung dan cara perlakuannya, diharapkan lebih cekatan dalam praktikum ini. Diharapkan waktu yang digunakan dalam prakikum ini disesuaikan dengan keadaan mahasiswa praktikan.  
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta:
            Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Damanik, J.S., J. Anwar., N. Hisyam., A. Whitten. 1992. Ekologi Ekosistem Sumatera.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Daniel, T.W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-Prinsip Silvinatural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB
Hafild & Aniger. 1984. Lingkungan Hidup di Hutan Hujan Tropika. Cet 1. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar