I.PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi
tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan
lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir
volumenya.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan
oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis
tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu
diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah
suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi
haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu
pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang
mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupu oleh
kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gamberan vegetasi
secara umum atau fungsionl. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan memebantu dan
mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lain.dalam waktu ini akan dipergunakan metode kuadran dan study
floristic.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk
menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau
sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu,
area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan
satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya
Komunitas adalah sejumlah mahluk
hidup dari berbagai macam jenis yang hidup bersama pada suatu daerah. Suatu
komonitas terdiri dari banyaknya jenis dengan berbagai macam populasi dan
interaksi satu dengan yang lain. komposisi suatu komonitas ditentukan dengan tumbuhan
dan hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota komonitas ini
tergantung pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik
dan biologis yang ada ditempat tersebut. Ada dua konsep yang ditentukan dalam
mengamati pete komonitas yaitu gradasi komonitas( populasi) dan gradiasi
lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor lingkungantambak secara bersama-sama.
(Soedjiran,1989).
B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa
dapat memahami dan mempraktekan metode kuadran ini dengan baik di
lapangan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Arboretum berasal dari bahasa latin arboreta
(pohon) dan rium (tempat), dengan demikian arboretum merupakan tempat atau
wilayah untuk menanam pohon. Arboretum Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak
hanya menanam pohon tetapi juga terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial)
maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan
konservasi tumbuhan,terutama tumbuhan langka Jawa Barat.(Indriyanto,2006)
Arboretum seluas 12,5 ha merupakan suatu model
yang kompleks. Wilayah arboretum terbagi dalam beberapa ekosistem yaitu
ekosistem kolam, sawah, kebun, ladang dan hutan.
Arboretum terbagi ke dalam beberapa zona,
diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka, tanaman jati diri, tanaman bahan
bangunan daan zona budidaya.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa
vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada
tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan
petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.(Hafild,1984)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak
harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili
komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,
dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa
vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas
petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat
menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan
kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat
mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan
metode jalur (Ewusie,1990) Beberapa sifat yang terdapat pada individu
tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat -sifatnya bila di analisa
akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat
dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi :
distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya
(abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat
sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan
mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah
(Dedy 2010) :
1.
Ukuran petak.
2.
Bentuk petak.
3.
Jumlah petak.
4.
Cara meletakkan petak di lapangan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan,
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan
pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu
tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis,
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak
bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen
tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Arief,1994) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu
yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup
dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup
sebagai parasit atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau
tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada
rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun
pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak
daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu
atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk
penyokongnya seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah,
namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya
memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu
besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut
tingkat permudaannya, yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari
kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi
1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm
sampai kurang dari 20 cm.
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang
titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi
cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin
digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan
hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih
tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh
digunakan pada keadaan tertentu (Irwanto, 2010).
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara
obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve)
berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve
merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh
releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga
releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya
akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda
akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Daniel,1992).
Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam
metode analisa diantaranya yaitu:
1. Dengan cara petak tunggal
2. Dengan cara petak berganda
3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis
berpetak
4. Dengan cara-cara tanpa petak
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif
serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode
garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali
ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran
(Simanung, 2009).
- Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi
tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya.
Ada dua macam metode yang umum digunakan (Damanik
et all,1992) :
a. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih
dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya
dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap
sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah
kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran
luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu
diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
b. Wandering-quarter
Titik yang berpusat pada titik awal tersebut dan
membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan
titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas
umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif .°Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan
menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas
ditentukan satu kuadran (sudut 90
Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan
secara langsung adalah (Andre, 2009) :
1) Nama jenis (lokal atau
botanis)
2) Jumlah individu setiap
jenis untuk menghitung kerapatan
3) Penutupan tajuk untuk
mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4) Diameter batang untuk
mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5) Tinggi pohon, baik tinggi
total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui
stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume
pohon.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis
data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa
rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu
(Gapala, 2010) ;
1. kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu
dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau
dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat
,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah
individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya
dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau
volume,missal 200 pohon per Ha
2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari
satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya
danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a) Banyaknya Individu (abudance)dan
kerapatan (density)
b) persen penutupan (cover
percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)
c) Volume
d) Biomas
e) Indek nilai
penting(importance value-IV)
Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan
adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan
pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas
heigt-dbh)
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau
regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola
penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini
menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Raunkiser dalam shukla dan (Ewusie.1990)
membagi
frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
·
Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
·
Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
·
Kelas C dalm frekuensi 41-60%
·
Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
·
Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4. Indek Nilai
Penting(importance value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter
sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam
Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan
relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya
300%.
Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh
kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan
mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya
dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon
setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional
Bogor.
Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk
menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan,
dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan,
penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna
tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan
hasil analisis.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu
areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal
yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam
suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Arief,1994).
Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam
kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda
garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri
dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini
risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis
berpetak (Arief,1994).
Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan
analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut:
a. Semai : Permudaan mulai dari
kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
b. Pancang : Permudaan dengan tinggi
1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Pohon : Pohon berdiameter 10 cm
atau lebih.
d. Tumbuhan bawah
: Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak
belukar.
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap
tingkat permudaan adalah sebagai berikut:
(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
(b) Pancang : 5 x 5 m.
(c) Pohon : 10 x 10 m.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat
adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1
dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau
lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar
petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini
dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari
masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang
ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan
relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini
digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan
tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total
basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur
diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran
letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam
mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap
spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan
planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Waktu dan Tempat
Praktikum analisis vegetasi dengan metode
kuarter dilakukan pada hari Selasa tanggal 09 April 2013 pada pukul 15.00
sampai
18.00 WIB di Arboretum
Universitas Sriwijaya.
B.Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum analisis
vegetasi dengan menggunakan metode kuadran yaitu: tali, meteran, mistar, alat
tulis dan kertas.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum analisis
vegetasi dengan menggunakan metode kuadran yaitu: lahan dan tanaman.
C.Metode Pengamatan
Metode yang digunakan adalah metode kuadrat.
1.Tentukan luas areal tipe
vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis,kita menentukan pengamatan
dilapangan dengan transek yaitu garis lurus memotong areal yang akan diamati.
2. Langkah selanjutnya
tentukan suatu titik (misal titik A) terletak pada transek tersebut. Pada titik
A tersebut dibuat garis lurus yang tegak terhadap transek tersebut.
3. Selanjutnya untuk arah
pergerakan(Kompas) disesuaikan dengan arah transek .Hasil dari perpotongan
garis dengan transek tersebut didapatkan empat kuadran yaitu kuadran 1, 2, 3,
dan 4.
4. Pada setiap kuadran
dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihang dengan titik
pengamatan(titik A) dan diameter pohonpada setinggi dada atau 50 cm diatas akar
papan(banir).Apabila diameter tersebut lebih besar atau tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm
disebut pohon.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Jenis Tanaman
|
Jumlah
Tanaman
|
Diameter Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jarak dari titik B0
|
Pohon
|
200
|
17 cm
|
7 m
|
10 m
|
Tihang
|
300
|
8 cm
|
4 m
|
3 m
|
Pancang
|
150
|
6 cm
|
2 m
|
1 m
|
Anakan/Semai
|
80
|
5 cm
|
1 m
|
2,5 m
|
1
Q Q Q Q Q i
IV d4 IV d4
x d1 x x
---------------------------------------------------------------------------------------------
d3 d2
iii Q Q ii Q iii Q ii
gambar 1 : contoh metode
kuadran
keterangan :
Q : pohon
X : tihang
D : jarak pohon ke
titik pusat pengamatan
dA
= d1 – d2 - d3 – d4
4
Dari hasil pengukuran, diperoleh besaran-besaran
sebagai berikut:
Jarak pohon rata-rata (dA) = d1 + d2 + d3 +d4
4
Kerapatan
Kerapatan seluruh jenis = Luas area (ha)
d2
Kerapatan Relatif Jenis I
KRi= Jumlah individu jenis i x Kerapatan dalam
luas area
Jumlah totalsemua jenis ditentukan
Kerapatan Mutlak Jenis i(Kmi)= Jumlah pohon suatu jenis x 100%
Jumlah pohon semua jenis
Dominansi mutlak = Rata-rata basal area tiap
jenis x kerapatan mutlak tiap jenis
Dominanasi relative (%) = Dominansi mutlak suatu jenis x 100 %
Jumlah total dominansi
mutlak
Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya suatu
jenis
Jumlah seluruh plot
Frekuensi relative = Frekuensi dari suatu jenis x 100%
Frekuensi seluruh jenis
Nilai penting = Kr + Dr + Fr
Tihang
KRi= Jumlah individu jenis i x Kerapatan dalam
luas area
Jumlah totalsemua jenis ditentukan
B.PEMBAHASAN
Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan
metode kuadran dimana pada metode ini menggunakan titik kuarter untuk
menghitung jarak dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa digunakan untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Praktikum ini dilaksanakan tanggal 26 oktober
2010 pada pukul 08.22 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Praktikum ini
bertujuan supaya mahasiswa dapat memahami dan mempraktikan metode
kuartaer ini dengan baik di lapangan. Tiap kelompok mendapat tansek sepanjang
30 m. Transek tersebut dibagi menjadi 3 buah kuarter dengan tiap plot berjarak
10 m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi
plot menjadi 3 kuarter, pada masing-masing kurter terdapat 4 kuadran. Dalam
satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon (termasuk
didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling
dekat dengan titik pusat kuadran.
Karena metode kuadran ini merupakan metode plot
less method, yang berarti Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak
memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu.
Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat
adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin
sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud, tetapi pohon tersebut masih
berada di dalam daerah kuadran tersebut.
Cara ini terdiri dari suatu seri
titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara
random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya
dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan
mata angin (arah kompas).
Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi
garis transek setiap jarak 10 m. Dari ketiga plot tersebut dapat diketahui ada
spesies dominan seperti Tectona grandis karena jenis spesies
tersebut terdapat hampir di setiap plot.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa FR
terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 37,74 %.
Nilai ini menunjukkan bahwa jati (Tectona grandis) memiliki kehadiran yang
tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya di mana jati di
temukan di titik kuarter 1, 2, dan 3. KR terbesar ada pada jenis jati (Tectona
grandis) dengan nilai 58,41 % . nilai ini menunjukkan bahwa jati memiliki
kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Sedangkan
nilai DR terbesar ada pada flamboyan (Delonix regia) dengan nilai sebesar 54,79
%. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya
adalah 299,93. Indeks Kesamaan Sorensen memiliki nilai 36,36% (< 50%),
maka lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun
pada masing-masing lokasi beragam. Sedangkan indeks diversitasnya adalah
63,64%, nilai ini menunjukan keragaman yang tinggi.
Spesies Syzigium cuminii dan Tectona
grandis kuarter 1 kuadran 2 termasuk kategori pohon dewasa karena
memiliki diameter lebih dari 35 cm, spesies Tectona grandis di
kuarter dan kuadran lainnya, Citrus maxima, Delonix regia, Arthocarpus
integra termasuk kategori tiang, yaitu pohon dengan diameter antara
10-35 cm, dan spesies A termasuk kategori pancang (sampling) .
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya
memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima
bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang
berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada
nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum
dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan
mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai
kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk
kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan
dalam komunitas.
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami,
melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang
menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun
pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut
komunitas yang akan diciptakan.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Komposisi vegetasi tumbuhan dari
Analisis vegetasi dengan metode kuadran adalah Tectona grandis.
Citrus maxima,Sizygium cuminii,Delonix regia, Arthocarpus integra dan
Sp A. sedangkan dominansinya adalah Tectona grandis.
2. Frekuensi relatif total
dari vegetasi tersebut adalah 99,99 % sedangkan kerapatan relativ total dari
vegetasi tersebut adalah 99,96%.
3. Terdapat
keragamannya dilihat dari nilai Iss ( indeks kesamaan sorensen ) sebesar
36,36% yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda
atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam.
4. Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat.
5. Analisa vegetasi adalah
cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan.
6. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut.
7. Luasan petak contoh pada
vegetasi rumput-rumputan berukuran kecil misalnya 25 cm2.
B.
Saran
Diharapkan
dapat mengetahui pengertian tentang analisis vegetasi metoda garis menyinggung
dan cara perlakuannya, diharapkan lebih cekatan dalam praktikum ini. Diharapkan
waktu yang digunakan dalam prakikum ini disesuaikan dengan keadaan mahasiswa
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan
Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta:
Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Damanik, J.S., J.
Anwar., N. Hisyam., A. Whitten. 1992. Ekologi Ekosistem Sumatera.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Daniel, T.W., J.A.
Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-Prinsip Silvinatural. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi
Tropika. Bandung: Penerbit ITB
Hafild & Aniger.
1984. Lingkungan Hidup di Hutan Hujan Tropika. Cet 1. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan
Indriyanto. 2006.
Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar